SISTEM SARAF PADA HEWAN
Sistem saraf pada hewan berbeda-beda,
makin tinggi tingkatan hewan, makin rumot susuna sarafnya, kepekaan alat indra
pada hewanpun berbeda-beda pula, misalnya ada hewan yang selalu menghindari
cahaya (cacing) dan ada hewan yang mendatangi cahaya (laron).
A. Sistem
Saraf pada Hewan Tingkat Rendah (avertebrata)
1. Pada
Protozoa (hewan bersel satu)
Protozoa
tidak memiliki susunan saraf tetapi mempunyai kepekaan untuk menerima
rangsangan dan memberi tanggapan terhadap rangsangan tersebut. Misalnya Amoeba
menerima cahaya yang kuat akan bergerak menjauhi, tetapi sebaliknya jika
terkena cahaya yang lembut akan mendekati.
2. Pada
Coelenterata (hewan berongga)
Coelenterata
susunan sarafnya masih sederhana yaitu hanya terdiri dari sel-sel saraf yang berbentuk
jala yang terdapat pada lapisan luar. Pada mulut, jala sarap berkembang baik.
3. Pada
Porifera (hewan berpori)
Porifera
tidak memiliki susunan saraf tetapi tubuhnya memiliki kepekaan untuk menerima
ransangan dari luar.
4. Pada
Echinodermata (hewan berkulit duri)
Echinodermata
memiliki saraf berbentuk cincin yang terdapat pada mulut dibawah kulit luar.
Saraf tersebut bercabang-cabang dan berhubungan dengan saraf-saraf gerak yang
menuju ke tentakel (alat penangkap mangsa).
5. Pada Mollusca
(hewan lunak)
Mollusca
susunan saraf nya terdiri dari ganglion(simpul saraf) yang terkumpul diujung
tubuh bagian depan. Ganglion utama
membentuk jala saraf serupa cincin yang mengelilingi ujung kerongkongan depan.
6. Pada Vermes
(hewan cacing)
Cacing
tanah memilik susunan saraf yang disebut
susunan saraf tangga tali. Susunan sarafnya terdiri atas benang benang sraf yang
memanjang disepanjang tubuh. Dibeberapa tempat benang-benang saraf tampak
menggembung yang disebut gangliaon.
Ganglion
otak terdapat pada bagian kepala yang diteruskan kebagian badan dan dihubungkan
dengan benang-benang saraf. Benang-benang saraf ini terdapat pada poros usus
dan ditiap ruas tubuhnya bercabang-cabang sehingga tampak seperti tangga.
7. Pada insekta
(serangga)
Saraf
pada insekta, misalnya pada belalang. Sistem saraf pada belalang disebut sistem
saraf tangga tali. Sistem saraf tangga tali pada belalang lain dengan
sistem saraf tangga tali pada cacing tanah. Sistem saraf tangga tali pada
serangga terdiri atas simpul-simpul saraf atau ganglion yang berderet-deret
yang merupakan pusat pengolahan ransang. Ganglion pada belalang ada tiga yaitu:
a) Ganglion
kepala, terletak
pada bagian kepala dan merupakan simpul saraf terbesar yang terdapat urat saraf
dari mata dan antena,
b) Ganglion
bawah kerongkongan, ganglion
ini dihubungkan dengan gamnglion kepala (ganglion otak) oleh serabut sraf
dikerongkongan bagian kanan dan kiri. Sepasang serabut saraf dari ganglion
berjajar kebelakang dan menghubungkan simpul-simpul saraf dada dan perut.
c) Ganlion
ruas-ruas badan, dari
ganglioan ini terdapat serabut-serabut sarf menuju kebagian-bagian tubuh yang
berdekatan.
Tiap
ganglion menerima rangsang dari alat indera dan meneruskan kebagian-bagian
tubuh lainnya, khususnya bagian otot tubuh. Dengan sistem saraf seperti ini
serangga mempunya pengaturab tubuh yang baik
Penciptaan
sistem saraf tangga tali pada belalang oleh Allah ternyata unik, yaitu ganglion
kepalnya biarpun merupakan organ penting namun tidak mengatur semua kegiatan
tubuh, hingga jika kepala(ganglion otak) hilang, serangga tetap dapat jalan
atau terbang.
B. Sistem
Saraf Pada Hewan Vertebrata
Sistem
saraf pada Vertebrata pada dasarnya mirip dengan manusia, karena sama-sam
memiliki sistem saraf pusat, hanya bedanya terletak pada tingkst
kesempurnaannya atau tingkat perkembangannya (kompleksitas).
Allah
melengkapi Vertebrata dengan otak, agar hewan-hewan tersebut mampu bertahan
hidup, karena dengan otak, hewan dapat menanggapi ransang sehingga mampu
beradaftasi dengan lingkungannya. Dengan otak hewan dapat berbuat sesuai dengan
kemampuannya. Misalnya anjing pelacak dilatih manusia untuk mengurangi
kejahatan manusia, bahkan angkatan laut amerika melatih singa laut dan
lumba-lumba sebagai pasukan khusus untuk menjaga dan mencari ranjau laut,
termasuk merpati dilatih untuk menghantarkan surat.
1. Ikan
Pada
ikan sistem sarafnya berkembang memanjang, hany otak kecilnya yang agak
membesar karena merupakan pusat saraf keseimbangan dan pengatur gerak. Otak
kecil bagian belakang merupakan akhir saraf keseimbangan dan gurat sisi. Otak
besar dan otak tengahnya kurang berkembang, sehingga pusat pengelihatan dan
pembaunya kurang berkembang pula.
2. Amfibi
Pada
amfibi, otaknya tidak membesar tetapi bentuknya memanjang sehingga tampak
langsing. Otak tengahnya berkembang sebagai gelembung tempat berakhirnya saraf
penglihatan, sehingga katak mempunyai pengelihatan cukup baik, sedang bagian
otak yang lain kurang berkembang. Pada amfibi sistem sarafnya berkaitan dengan
kemampuannya menyesuaikan diri dengan lingkungan drat dan lingkungan air.
3. Reptil
Pada
reptil, otak besarnya meluas menutupi otak tengah. Berkembangnya otak besar ini
menyebabkan pusat pembau reptilpun berkembang baik; sedangkan otak tengah dan
otak kecil kurang berkembang sehingga beberapa reptil indea penglihatannya
kurang tajam dan umumnya keseimbangan badannya kurang baik pula.
4. Burung
Pada
burung, otak tengah dan otak kecil berkembang lebih baik dari pada bagian lain,
sehingga burung memiliki indera penglihatan cukup tajam dan keseimbangan yang
lebih baik. Ini sangat menguntungkan bagi burung karena kebiasaan burunga yang
selalu bergerak dengan cepat. Itulah kebijaksanaan Allah dalam menciptakan
makhluk Nya. Burung yang waktu terbang memerlukan keseimbangan diciptakan Nya
otak kecil yang berlipat-lipat sehingga permukaannya luas yang mampu menampung
neuron cukup banyak. Sedang penciuman pada burung kurang bermamfaat maka
diciptakanNya pusat pembau yang terletak di depan otak besar berukuran sangat
kecil.
5. Mammalia
Pada
Mammalia, bagian0bagian otak mammalia berkembang dengan baik dan lebih sempurna.
Sistem pengatur (kordinasi0 yang terdapat dipusat-pusat otak berkerja lebih
baik dibanduingkan vertebnrata lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar